Cari Blog Ini

Senin, 01 November 2010

KTI mastitis


Gambaran pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di RSUD Margono Soekardjo 

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2010 adalah meningkatkan kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu. Keberhasilan upaya tersebut dapat dilihat dari penurunan angka kematian ibu, karena upaya penurunan angka kematian ibu serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI, 2001).
Masih banyak kematian ibu terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia, walaupun upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sudah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum optimal. Sebab utama lambatnya penurunan angka kematian ibu, antara lain terlalu banyaknya kegiatan yang dilaksanakan dengan sumber daya yang terbatas dan belum optimalnya kualitas pelayanan yang disediakan baik oleh fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Sehingga dimasa mendatang perlu ditetapkan dan dilaksanakan kegiatan prioritas yang mempunyai dampak langsung terhadap penurunan kematian ibu berdasarkan permasalahan yang ada.
Pemerintah Indonesia mengharapkan pada tahun 2010 dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk dapat mencapai target tersebut diperlukan usaha yang tidak mudah karena berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2003  tercatat 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu dan bayi adalah yang tertinggi di Asia Tenggara. Pemerintah menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 1000 kelahiran hidup. Sebagai penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah  disebabkan oleh komplikasi obstetri seperti perdarahan yaitu sebesar 28 %, hipertensi  pada  kehamilan  sebesar 13 %, komplikasi abortus sebesar 11 %, infeksi / sepsis sebesar 10 % dan partus lama sebesar 9 % (Siswono, 2005).
Infeksi sebagai salah satu penyebab kematian ibu dapat terjadi selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Salah satu bentuk infeksi yang terjadi dalam masa nifas adalah infeksi yang terjadi pada payudara yaitu mastitis. Hal ini dapat dideteksi dini, dicegah maupun ditanggulangi agar tidak terjadi komplikasi yang lebih lanjut. Komplikasi yang biasanya timbul yaitu mastitis.
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya mengenai payudara. Umumnya gangguan ini dialami oleh ibu-ibu yang menyusui. Biasanya muncul antara minggu kedua sampai keenam setelah persalinan. Namun, masalah ini juga dapat muncul lebih awal dari waktu tersebut atau lebih lama lagi (Jane, A. Morton MD, 2002).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang tidak benar menunjukkan penyebab yang penting, tetapi dalam pikiran banyak petugas tenaga kesehatan, mastitis dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk menyusui yang sebenarnya tidak perlu. Ada 2 penyebab utama mastitis yaitu statis ASI yang infeksi statis ASI biasanya menunjukkan penyebab primer yang dapat disertai / berkembang menuju infeksi (WHO, 2002).
Adapun penyebab mastitis adalah cara menyusui yang kurang baik dapat menimbulkan berbagai macam masalah baik pada ibu maupun pada bayinya misalnya puting susu lecet dan nyeri, radang payudara (mastitis), pembengkakan payudara yang menyebabkan motivasi untuk memberikan ASI berkurang sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup dan akhirnya mengakibatkan bayi kurang gizi (Huliana, 2003).
Cara menyusui yang baik, penting sekali untuk keberhasilan menyusui, praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu bukan salah satu hal yang reflektif dan instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses menyusui yang baik bukan hanya untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, tetapi juga untuk ibu yang pernah menyusui anaknya.
Studi terbaru menunjukkan kasus mastitis meningkat hingga 12 – 35 % pada ibu yang puting susunya pecah-pecah dan tidak diobati dengan antibiotik. Namun bila minum obat antibiotik pada saat puting susunya bermasalah kemungkinan untuk terkena mastitis hanya sekitar 5 % saja. Menurut penelitian Jane A. Morton, MD tahun 2002,bahwa kasus mastitis terjadi pada tahun pertama sesuai persalinan yakni sekitar 17,4 % dan sekitar 41 %. Kasus mastitis justru terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan (Jane A. Morton MD, 2002).
Penelitian terbaru menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui. Mastitis dan abses payudara dapat terjadi pada semua populasi, dengan tanpa kebiasaan menyusui, tetapi biasanya dibawah 10 % sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 75 % sampai 95 % kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.
Berdasarkan hasil penelitian persentasi cakupan perempuan menyusui dengan mastitis di Amerika Serikat dari tahun 1994 – 1998 terdapat ibu post partum didapatkan 9,5 % melaporkan dirinya mastitis (American Journal, 2002).
Menurut data WHO Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia cakupan persentasi kasus mastitis pada perempuan menyusui juga mencapai 10 %. Sedangkan Angka Kematian Ibu di Jawa Tengah pada tahun 2007 yaitu 116,3 per kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi 10,9 per kelahiran hidup (Andriyani, 2008).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Margono Soekardjo tahun 2009, diketahui jumlah ibu nifas tahun 2009-2010 yaitu ada 8725 orang . Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian bermaksud untuk mengetahui gambaran pada ibu PP tentang mastitis di RSUD Margono Soekardjo tahun 2009.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumusan masalah yang diangkat adalah Bagaimana gambaran pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di RSUD Margono Soekardjo ?

C.    Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.
  1. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah :
a.     Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang pengertian mastitis.
b.    Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang penyebab mastitis.
c.     Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang gejala mastitis.
d.    Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang cara pencegahan mastitis.
e.     Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang penanganan mastitis.



D.    Manfaat Penelitian
1.      Manfaat teoritis
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan wawasan dan pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup pada ibu post partum.
2.      Manfaat praktis
a.       Bagi penulis
Menambah pengetahuan serta pengalaman dalam merancang dan melaksanakan penelitian. Selain itu diharapkan juga dapat memberikan manfaat dalam menerapkan teori-teori tentang gambaran pengetahuan ibu post partum tentang mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto Kabupaten Banjarnegara.
b.      Bagi institusi pelayanan kesehatan
Sebagai informasi untuk tenaga kesehatan yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama kepada ibu post partum sehingga dapat meningkatkan pelayanannya menjadi lebih optimal.
c.       Bagi institusi pendidikan
Sebagai dokumentasi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam penelitian sejenis sehingga diperoleh penelitian yang lebih baik.



E.     Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi
Penelitian akan dilakukan di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto Kabupaten Banyumas
2.      Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan dari bulan april sampai dengan bulan agustus 2010.         






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori
1.      Pengetahuan
a.       Definisi
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara normatif dalam suatu bangunan yang teratur (Machfoeds, 2005).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan. Demikian juga apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
8
 
Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting sebagai contoh dapat dikemukakan, bila seorang ibu pernah mendengar tentang terjadinya mastitis. Baik penyebab, akibat, pencegahan dan disadari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.  Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sebagai contoh dapat dikemukakan, bila seorang ibu pernah mendengar tentang terjadinya mastitis, baik penyebab, akibat, pencegahan dan sebagainya, maka pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha agar tidak terjadi mastitis pada payudaranya selama menyusui. (Notoatmodjo, 2003).
b.      Tingkat pengetahuan
Menurut pendapat Notoatmodjo (2003) dalam buku Metodologi Penelitian kesehatan menyatakan teorinya bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :
1)      Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk mengingat kembali atau recall terhadap sesuatu yang spesifik dari sebuah bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima merupakan tingkat paling rendah.
2)      Memahami (comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3)      Aplikasi (aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4)      Analisis (analysist)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)      Sintesis (syntesis)
Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6)      Evaluasi (evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap sesuatu materi atau objek.
c.       Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan pengetahuan tingkat yang dicakup dalam domain kognitif.
Pengetahuan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok adalah baik > 75 %, cukup 60 – 75 %, kurang < 60 % (Notoatmodjo, 2003).


2.      Post partum
a.       Definisi
Post partum adalah mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2005)
b.      Karakteristik pengetahuan ibu post partum
1)      Umur
Umur adalah seorang individu mengalami kehidupan sejak lahir sampai saat ini (Chaniago, 2003).
Ibu yang masih muda keadaan psikologinya belum stabil dengan sendirinya akan lebih banyak timbul antara kasih sayang seorang ibu dan egonya yang masih ingin bebas sebagai orang muda. Hal inilah yang dapat berpengaruh terhadap motivasi untuk memberikan ASI.
2)      Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (Bobak, 2005). Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh wanita (Siti Maimunah, 2004).
Paritas bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang dimana pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Misalnya seorang ibu akan memberikan ASI bila ia sudah pernah memberikannya. Para ibu post partum yang baru mempunyai pengalaman menyusui akan memberikan ASI kepada bayinya. Bila ibu mempunyai masalah dalam menyusui dan tidak mempunyai pengetahuan menyusui, ibu akan putus asa dan memberikan susu botol. Pengalaman memberikan ASI seperti menghadapi masalah besar dan kecil dalam penyesuaian pemberian ASI (Bobak, 2005).
3)      Pendidikan
Pendidikan adalah segala supaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
Di dalam kerangka pendidikan nasional, pendidikan terbagi dalam dua pendidikan, yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Setelah dicanangkan pendidikan dasar 9 tahun sesuai undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Jenjang pendidikan meluputi pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan dicapai dengan menempuh bangku sekolah dasar SD, SLTP, SMU dan Perguruan Tinggi. Sedangkan pendidikan non formal dapat melalui kursus-kursus atau pelatihan. Di dalam kerangka pendidikan nasional, terbagi dalam dua yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Setelah dicanangkan pendidikan dasar 9 tahun sesuai undang-undang No. 2 tahun 2000 tentang pendidikan (Sisdiknas, 2003).
Dengan wajib belajar 9 tahun memang telah banyak meningkatkan taraf pendidikan masyarakat kita. Pada tahap pendidikan dasar (SD sampai dengan SLTP). Namun untuk pendidikan yang lebih tinggi (STLA dan Perguruan Tinggi) masih belum seperti yang diharapkan terutama di daerah pedesaan.
3.      Mastitis
a.       Definisi
Menurut Morton (dalam Poedianto, 2002) mastitis adalah peradangan pada payudara, payudara menjadi merah bengkak, kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Mastitis dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau puerpuralis. Kadang-kadang ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal dalam payudara, merupakan komplikasi yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.
Mastitis dapat terjadi pada semua populasi dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Menurut penelitian, gangguan yang pada umumnya terjadi pada tahun pertama seusai  persalinan adalah mastitis, yakni sekitar 17,4 %, dan sekitar 41 % kasus mastitis justru terjadi pada bulan pertama setelah melahirkan (Poedianto, 2002).
Mastitis yaitu infeksi parenkmal kelenjar mammae pada masa nifas dan menyusui. Insidennya sekitar 2 %, gejala-gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum sampai akhir minggu ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan bermakna biasanya mendahului inflamasi. Payudara menjadi keras dan memerah, dan sang ibu mengeluhkan nyeri. Sekitar 10 % mastitis dengan  abses mammae biasanya parah. Mastitis biasanya disebabkan oleh staphilokokus aureus. Pengobatan dilakukan dengan antibiotik (Suheimi, K, 2007).
b.      Faktor-faktor penyebab mastitis
Terdapat dua penyebab utama mastitis yaitu stasis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi (Riordan Kathleen, 1993).
1)      Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap saat bila bayi tidak menghisap ASI, yang dihasilkan dari sebagian atau seluruh payudara penyebabnya termasuk isapan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi dan durasi menyusui serta sumbatan pada saluran ASI.
2)      Infeksi
Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah syaphylokokus aureus. Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi merangsang penurunan aliran ASI. Gangguan ini disebabkan oleh bakteri. Umumnya bakteri tersebut menular melalui mulut ke hidung atau tenggorokan bayi ke dalam saluran ASI melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.
Penyebab lainnya adalah tidak kosongnya payudara secara tuntas sesuai menyusui, serta rendahnya daya tahan ibu sehingga rentan terkena berbagai penyakit. Seseorang ibu yang baru melahirkan biasanya memang akan merasa kecapaian, stress dan mungkin saja tidak sempat makan secara teratur
c.       Gejala mastitis
Beberapa indikasi yang menunjukkan terjadinya gejala mastitis adalah :
1)       Tiba-tiba muncul rasa gatal pada puting dan berkembang menjadi adanya rasa nyeri saat bayi menyusui
2)       Timbulnya rasa demam dan kemerahan di sekitar arena hisapan dapat pula disebabkan mastitis. Sisi yang mengalami sumbatan-sumbatan duktus akan menunjukkan warna kemerahan dibandingkan daerah lainnya.
3)       Ibu merasakan gejala menyerupai flu seperti demam, rasa ingin muntah, sementara tubuh merasa gatal dan sakit.
d.      Faktor-faktor yang sering memperberat mastitis.
1)      Luka atau fisura pada puting
2)      Riwayat mastitis
3)      Pemberian makan yang buruk pada bayi
4)      Kelemahan dan stress
e.       Pencegahan mastitis
Mastitis sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan statis ASI, dan bila tanda ini seperti bendungan, sumbatan saluran payudara dan nyeri puting susu harus diobati dengan cepat.
Sama dengan penyakit lain, mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi bengkak. Gunakan Bra yang sesuai dengan ukuran payudara. Serta usahakan untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air hangat sebelum dan sesudah menyusui.
Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada bagian payudara. Pengurutan payudara sebelum laktasi merupakan salah satu yang sangat efektif untuk menghindari terjadinya sumbatan pada duktus. Usahakan untuk selalu menyusui dengan posisi dan sikap yang benar. Kesalahan sikap saat menyusui dapat menyebabkan terjadinya sumbatan duktus. Menggunakan penyangga bantal saat menyusui cukup membantu menciptakan posisi menyusui yang lebih baik. Pencegahan mastitis dapat dilakukan dengan cara :
1)      Pemeliharaan kesehatan payudara.
Wanita dan siapa saja yang merawatnya perlu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui yang efektif, pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan kesehatan payudara dengan cara :
a)       Mulai menyusui dalam 1 jam atau lebih setelah melahirkan yang mengalami komplikasi.
b)       Memastikan bahwa bayi menghisap payudara dengan baik
c)       Menyusui tanpa batas dalam hal frekuensi atau durasi dan membiarkan bayi selesai menyusui satu payudara dulu sebelum memberikan yang lain.
d)      Cukup istirahat, segera ke tempat tidur dan berbaring selama mungkin
e)       Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang selama masa menyusui.
f)        Meningkatkan daya tahan tubuh dengan banyak minum air putih dan jus buah segar yang tidak bergula merupakan pilihan yang baik.
g)       Susui bayi dalam posisi benar.
h)       Jangan sekali-kali menunda atau mengabaikan saat-saat menyusui. Bila ibu menunda menyusui, atau bila bayi enggan menyusui, pompalah ASI atau perahlah ASI untuk melunakkan payudara dan mengosongkannya lagi.
i)         Jangan memakai Bra terlalu ketat atau memakai kawat yang menyangga payudara.
2)      Penatalaksanaan yang efektif pada saluran ASI yang tersumbat (Bony Danuatmaja, 2003).
a)       Terus menyusui pada bagian payudara yang saluran ASI nya tersumbat.
b)       Melancarkan aliran ASI yang terganggu, salah satu cara untuk melakukannya adalah mengatur posisi bayi menyusui sehingga dagunya menghadap bagian payudara yang keras. Posisi penyangga kepala merupakan posisi menyusui terbaik.
c)       Mengompres payudara (dapat juga dengan botol posisi air panas) ketika menyusui atau menghangatkan bagian payudara yang bermasalah beberapa menit sebelum menyusui.
d)      Banyak beristirahat (jangan tidur tengkurap, karena dapat memberi tekanan pada payudara).
e)       Jangan gunakan Bra atau pakaian yang ketat.
f.       Penanganan mastitis
Untuk menangani mastitis diantaranya dilakukan dengan cara :
1)      Melanjutkan menyusui
2)      Berikan kompres hangat pada area yang sulit
3)      Tirah baring bersama bayi sebanyak mungkin
4)      Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipretik (ibuprofen, setaminofen), untuk mengurangi demam dan nyeri.
5)      Pantau suhu tubuh akan adanya demam
Cara mengurangi efek mastitis untuk memperpendek durasi mastitis, diantaranya adalah :
a)      Segeralah tidur bila menduga adanya mastitis dan istirahatlah dengan benar
b)      Konsumsi echinacea dan vitamin C untuk meningkatkan sistem imun dan membantu melawan infeksi
c)      Kompres daerah yang mengalami sumbatan duktus dengan air hangat
d)     Bantuan pancuran air hangat (shower hangat) untuk mandi, akan sangat membantu mempercepat menghilangkan sumbatan.
6)      Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering mungkin dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama kelamaan menghilang.
7)      Lakukan pemijatan ringan saat menyusui juga sangat membantu.
Jika disebabkan oleh bakteri, maka pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotika. Mintalah pada dokter antibiotika yang baik dan aman untuk ibu yang sedang menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas, ibu dapat meminum obat penurun panas. Kemudian untuk bagian payudara yang terasa keras dan nyeri, dapat dikompres dengan menggunakan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri.
Bila tidak tahan nyeri, dapat meminum obat penghilang rasa sakit. Istirahat yang cukup amat diperlukan agar kondisi tubuh ibu kembali sehat dan segar. Makan-makanan yang bergizi tinggi sangatlah dianjurkan. Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam. Biasanya rasa demam dan nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan anda akan mampu beraktifitas seperti semula. Terapi mastitis yang dianjurkan untuk pasien perawat jalan :
1)      Program pilihan
Diklosasilin 500 mg peroral 4 x sehari selama 7 – 10  hari.
2)      Program alternatif
3)      Eirtromisin 25mg – 500 mg peroral 4 x sehari selama 7 – 10  hari.
4)      Klindamisin 300mg peroral 4 x sehari selama 7 – 10 hari.
g.      Posisi menyusui dan langkah-langkah menyusui yang benar
1)      Posisi menyusui
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan menyusui adalah posisi yang baik. Hal ini ternyata perlu dipelajari, baik oleh ibu maupun bayi. Untuk ibu antara lain perlu belajar bagaimana cara mengatur posisi tubuh agar merasa nyaman selama menyusui. Selain itu juga perlu tahu bagaimana cara memegang bayi dengan benar agar bayi dapat menyusu dengan baik. Untuk bayi bukan saja posisi, tubuhnya ketika menyusui yang perlu benar, tetapi posisi mulut ketika menghisap pun harus benar.
Adapun bagaimana posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar, bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara memegang bola, dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
2)      Langkah-langkah menyusui dengan benar.
a)      Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, cara ini mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu
b)      Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui dengan baik dalam posisi duduk yang ditopang dengan bantal atau berbaring
c)      Peluk dan letakkan kepala bayi menopang bokong bayi seperti tahap berikut ini :
(1)       Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada pada satu garis lurus. Selanjutnya letakan menghadap payudara sehingga dagu bayi menyentuh payudara
(2)     Sanggah bawah/dasar payudara dengan jari-jari, jangan terlalu dekat pada puting melainkan di luar areola dan tidak menjepit puting susu dengan dua jari.
(3)     Bayi akan meraih payudara jika agar rangsang mulut bayi pada bagian aerola sehingga timbul refleks bayi untuk mencuri puting. Mulut akan terbuka lebar dan bibir bawah menjulur, selanjutnya segera letakkan sehingga lidah mencekap puting dan payudara.
(4)     Pipi bayi akan kelihatan bulat karena sebagian aerola yang tersisa di atas mulut bayi.
(5)     Terlihat isapan yang lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur.
(6)     Bayi akan tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil merangkul dengan yakin karena perhatian dan sentuhan ibu yang penuh kasih.
d)     Melepas isapan bayi
Setelah selesai menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti dengan payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi :
(1)     Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut ke bawah
(2)     Dagu bayi diletakkan ke bawah
e)      Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan.
f)       Menyendawakan bayi.
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui, cara menyendawakan bayi :
(1)     Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian penggungnya ditepuk perlahan-lahan.
(2)     Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.



B.     Kerangka Teori
















Gambar 2.1. Kerangka Teori
(Sumber : Modifikasi Notoatmodjo, 2005)







C.    Kerangka Konsep









       
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif, yakni jenis penelitian yang mempunyai tujuan untuk menggambar suatu fenomena sosial tertentu (Mahfoedz, 2007)
Deskriptif yaitu untuk mendapatkan gambaran suatu kejadian atau keadaan tanpa menghubungkan dengan variabel lainnya. (Arikunto, 2002).
Jenis desain penelitian menggunakan metode corss sectional (Aziz Alimul Hidayat, 2007) yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif, dimana data yang terkumpul dianalisis, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan ibu post partum tentang mastitis.
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang mastisis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).
26
 
Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Akdon, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berkunjung ke RSUD Margono Soekarjo Purwokerto dan tercatat pada estimasi persalinan bulan Januari – Maret 2010. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah ....
2.      Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006) Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagian sumber datanya dan dapat mewakili seluruh data (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini peneliti menetapkan seluruh populasi untuk dijadikan sampel. Cara pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling adalah suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2003).
a.       Kriteria inklusi
1)      Ibu nifas di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
2)      Ibu nifas dengan mastitis
3)      Ibu nifas yang kurang dari 6 minggu
b.      Kriteria eksklusi
1)      Ibu nifas lebih dari 6 minggu

C.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data skunder yaitu data yang tidak didapat langsung dari sumbernya melainkan didapat dari pihak lain yaitu di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.
Teknik pengumpulan ini untuk informasi yang benar, di sini ada tahapan dalam pengolahan data, yaitu :
1.      Editing
Yaitu langkah yang diambil untuk melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan keragaman data.
2.      Coding
Atau pengkodean yaitu langkah yang diambil untuk memberi kode setiap jawaban kuesioner agar memudahkan pengolahan data.
3.      Scoring
Pertanyaan yang diberikan hanya pertanyaan tentang pengetahuan mastitis pada ibu, tahap ini meliputi nilai untuk masing-masing pertanyaan dan penjumlahan hasil scoring dari semua pertanyaan.
4.      Tabulating
Adalah pengelompokkan data dalam satu bentuk tabel menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian dan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi.
5.      Processing
Setelah data dicoding maka langkah selanjutnya melakukan entry data dari quesioner ke dalam program komputer.
6.      Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry, dilakukan apabila terdapat kesalahan dalam memasukkan data yaitu dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variebal yang diteliti (Arikunto, 2006).


D.    Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.      Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang atau konsep pengertian tertentu misalnya pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006).
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal pengetahuan ibu post partum dengan mastitis tentang pengertian, penyebab, gejala, cara pencegahan, dan penanganannya.
2.      Definisi operasional
Tabel 3.1. Definisi operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
1
Tingkat pengetahuan ibu post partum tentang mastitis
Pemahaman ibu post partum terhadap mastitis yang meliputi :
-      Pengertian
-      Penyebab
-      Gejala
-      Pencegahan
-      Penanganan


Diperoleh dengan hasil sekunder melalui master tabel



E.     Instrumen Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan angket atau kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti untuk pertanyaan pengetahuan ibu-ibu dalam bentuk kuesioner pilihan ganda (Arikunto, 2006).
a.       Uji validitas dan reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 : 168).
Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk apa yang seharusnya diukur (Sugiono, 2004).
b.      Kisi-kisi penelitian
Adapun kisi-kisi penelitian menggunakan master tabel

F.     Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data
1.      Lokasi
Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.
2.      Waktu Penelitian
Dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2010.



G.    Pengolahan Data
1.      Metode Pengolahan Data
Adapun pengolahan data yang telah terkumpul dengan cara komputer menggunakan program SPSS.
2.      Analisa Data
a.       Analisa Univariat
Data yang sudah diolah selanjutnya menggunakan analisa. Dalam penelitian ini menggunakan analisa dengan univariat. Analisa ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005)
Setiap responden diukur pengetahuan maupun perilakunya pada pengetahuan post partum dengan mastitis dengan menganalisis jawaban yang benar dengan diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. selanjutnya dibuat prosentase dengan rumus:
P =
Keterangan:
P          :  Prosentase
X         :  Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
N         :  Jumlah semua pertanyaan
Analisis data pengukuran pengetahuan ini diperoleh dari setiap responden yang dipresentasikan yang diharapkan berdasarkan presentasi tersebut ditetapkan nilai sebagai berikut
·      Kurang baik            :  jika jawaban benar 40%-55%
·      Cukup baik             :  jika jawaban benar 56%-75%
·      Baik                        :  jika jawaban benar 76%-100%

H.    Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana data yang didapatkan dari hasil penelitian merupakan data sekunder dari hasil data yang sudah terdokumentasikan di rumah sakit.
1.      Faktor penghambat
Keterbatasan waktu penelitian sehingga dalam penyusunan proposal belum maksimal.




DAFTAR PUSTAKA
 

Am Fam Physician. 2008. American Academy of Family Physicians. Dapat diakses di http:www.aafp.org/afp/20080915/727/htm.

American Journal of Epidemiologi. 2002. The Johns Hopkin Unversity School of Hyeiena and Public Healt. Dapat diakses di http:aje.oxfordjournals.orf.

Arman, Chaniago, Y.S. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cetakan V. Bandung : CV. Pustaka Setia.

Bobak dkk., 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan RI, 2002. Profil Kesehatan Ibu dan Anak . Jakarta : Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Jurnal Kesehatan Masyrakat : Data AKI dan AKB. Jakarta : Depkes RI.

Kompas. 2007. Informasi Kesehatan. Dapat diakses di http:www.kompas. com/kompas-cetak/0705/05/fokus/35044261.htm.

Soekijo, Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiarto. Bertha. 2002. Data WHO, Mastitis; Penyebab dan Penatalaksanaan (Alih Bahasa). Jakarta : Widya Medika.

Suhemi. K. 2007. Konseling Kesehatan. Dapat diakses di ksuhemi. blogspot.com/2007/10/konseling.

Tim Fokus Media. 2003. UU RI Tentang Sisidiknas 2003. Bandung : Fokus Media.

1 komentar: